Transaksi digital menjadi sebuah primadona baru di masa pandemi Covid-19.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Pembatasan gerak fisik memaksa masyarakat untuk banyak melakukan aktivitas secara virtual, termasuk dalam bidang transaksi perbankan.
Di satu sisi, pandemi mendatangkan hal yang negatif, namun disisi lain juga ada hal positif yang terjadi.
Bank BRI menjadi salah satu pihak yang merasakan dampak positifnya.
Direktur Konsumer Bank BRI, Handayani, mengungkapkan bahwa pengguna internet banking Bank BRI sudah mencapai 24 juta nasabah aktif hingga Juni 2020 (Cnbcindonesia, 17/07/2020).
Angka ini setara dengan pertumbuhan dua kali lipat secara Year on Year (YoY).
Awalnya, Bank BRI memperkirakan bahwa pergerakan transaksi digital baru akan mulai masif pada 2021 atau 2022.
Namun, pandemi Covid-19 mempercepat semuanya.
Bank BRI banyak melakukan kerjasama transaksi berbasis digital, seperti dengan PT. Fintek Karya Nusantara (LinkAja).
Contoh kerjasama yang dijalin adalah isi saldo BRIZZI melalui aplikasi LinkAja dan integrasi digital lending LinkAja.
Handayani menambahkan bahwa transaksi top-up saldo LinkAja melalui jasa Bank BRI naik dua kali lipat YoY.
Sedangkan dari sisi volume, peningkatannya sebesar delapan kali lipat.
Hal ini menandakan masyarakat sudah sadar bahwa uang tunai bisa menjadi media penularan virus.
Sehingga, mereka memilih bertransaksi secara non-fisik.
Melalui website pasar, Bank BRI bersama LinkAja melakukan edukasi ke pasar tradisional untuk mendorong transaksi berbasis online.
Barang yang dibeli lantas dikirim menggunakan jasa ojek setempat.
Semua pembayaran barang dan jasa dieksekusi via aplikasi LinkAja.
Direktur Marketing LinkAja, Edward Kilian Suwignyo, menjelaskan dua fokus utama yang sedang dibangun LinkAja dalam setahun terakhir.
Kedua hal itu adalah kebutuhan pembayaran tagihan masyarakat dan transportasi umum.
LinkAja sudah memiliki lebih dari 1.500 merchant e-commerce dan digitalisasi 466 pasar.
Artikel menarik lainnya: