Bank BRI menjalankan beberapa risk management secara cermat untuk mengatasi terjadinya potensi masalah yang bisa menimbulkan kredit macet dari UMKM.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Salah satu langkah yang perseroan lakukan adalah mengoptimalkan sejumlah program pemerintah, seperti subsidi bunga dan restrukturisasi kredit.
Agus Sudiarto, Direktur Manajemen Risiko BRI, mengungkapkan bahwa pihaknya sudah merestrukturisasi pinjaman debitur yang terdampak pandemi Covid-19 secara masif (Idntimes, 26/11/2020).
BRI tercatat telah melakukan restrukturisasi kredit senilai Rp 193,7 triliun kepada 2,98 juta debitur hingga 30 September 2020, termasuk ke UMKM.
Agus menambahkan bahwa perusahaan memasang target untuk melakukan restrukturisasi kredit sebanyak Rp 200 triliun hingga akhir tahun ini.
Dengan risk management yang tepat, BRI ingin menjaga keberlangsungan para debitur dari segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Dari nilai tersebut, Bank BRI telah merestrukturisasi sekitar 20,70 persen dari total portofolio kredit perusahaan.
Adapun debitur dari kalangan UMKM menjadi penerima restrukturisasi terbanyak, yakni berada di angka 87 persen.
Di periode yang sama, Bank BRI juga menyalurkan subsidi bunga kredit senilai Rp 3,83 triliun kepada 6,5 juta debitur UMKM.
Meski terkesan melakukan restrukturisasi dan subsidi bunga kredit secara masif, perseroan tetap bisa menjaga portofolio.
Melalui risk management yang tepat, Bank BRI mampu menjaga rasio non-performing loan (NPL) di bawah rata-rata industri.
Per kuartal III 2020, NPL BRI berada di angka 3,12 persen.
Terlepas dari rasio NPL, Agus mengakui bahwa pihaknya tidak khawatir dengan penyaluran stimulus secara besar-besaran ini.
Pasalnya, Bank BRI ingin tetap menjaga kondisi debitur kredit UMKM demi membaiknya kondisi perekonomian Indonesia yang digoyang pandemi.
Artikel menarik lainnya:
Bank BRI Salurkan 5.000 Kacamata Untuk Pelajar SD Hingga SMA