Bank BRI mengalokasikan belanja modal (CapEx) senilai empat persen dari total nilai pendapatan untuk akselerasi transformasi digital perusahaan.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Salah satu implementasinya adalah untuk membangun kapabilitas financial technology (fintech).
Indra Utoyo, Direktur Digital, Teknologi Informasi dan Operasi Bank BRI, mengungkapkan bahwa sebagai bank dengan aset terbesar di Indonesia, perseroan perlu membangun ekosistem digital sendiri (Antaranews, 12/11/2020).
BRI perlu melakukannya agar tetap unggul dan terus berinovasi untuk memberi layanan yang lebih baik kepada masyarakat.
Adapun inovasi disini tidak hanya untuk mengoptimalkan transformasi digital, namun juga demi mengantisipasi perubahan perilaku nasabah di era pandemi Covid-19.
Akselerasi transformasi digital BRI sangat esensial di tengah perkembangan industri digital yang pesat, contohnya pertumbuhan e-money dan bisnis peer-to-peer (P2P) lending.
Melalui aktivitas digitalisasi, Bank BRI mengeksploitasi bisnis yang ada dengan memanfaatkan teknologi agar lebih produktif dan efisien.
Strategi digital lainnya adalah dengan menciptakan produk yang fokus pada customer centric dan customer experience.
Oleh karena itu, Bank BRI merasa percaya diri untuk terjun langsung ke industri fintech.
Selain membangun sistem internal seperti BRIAPI dan Pinang, perseroan juga menjalin kesepakatan dengan perusahaan fintech ternama seperti Investree dan LinkAja.
Dengan segala pencapaian digital ini, Indra berharap mayoritas transaksi nasabah dapat bergeser dari konvensional ke digital pada 2022.
Saat ini pun akselerasi aktivitas digital sudah tumbuh pesat, terlihat dari transaksi internet banking BRI yang melonjak 61 persen.
Selain itu, transaksi melalui mesin Electronic Data Captured (EDC) naik 21 persen sepanjang Januari-Maret 2020.
Artikel menarik lainnya:
93 Persen UMKM BRI Bangkit Pasca Restrukturisasi