Bank BRI memperkirakan akan menerima fee based income (FBI) atau pendapatan berbasis biaya dan komisi tumbuh dua digit pada kuartal II tahun 2020.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Meski pertumbuhannya tidak akan setinggi kuartal sebelumnya, hal itu tetap perlu diapresiasi mengingat saat ini kondisi ekonomi belum pulih benar dari efek pandemi Covid-19.
Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI, menjelaskan bahwa pertumbuhan FBI Bank BRI disebabkan oleh peningkatan transaksi nasabah melalui e-banking dan agen BRILink (branchless banking) (Kontan, 04/08/2020).
Haru melanjutkan bahwa di luar itu, pertumbuhan pendapatan terkait dengan penyaluran kredit dan trade finance masih mengalami perlambatan akibat belum stabilnya kondisi ekonomi masyarakat.
Dalam laporan bulanan per Mei 2020, terlihat Bank BRI berhasil mencatatkan pertumbuhan FBI sebesar 22,3% pada periode yang sama tahun lalu, yakni dari Rp 5,2 triliun menjadi Rp 6,36 triliun.
Jika dirinci lebih jauh, pertumbuhan itu disumbangkan oleh fee transaksi e-banking dan e-channel (termasuk branchless banking) yang meningkat sebesar 66,2% Year on Year (YoY).
Meningkatnya fee transaksi yang diterima ini sejalan dengan kenaikan transaksi melalui ATM, Mobile Apps, dan Agen BRILink.
Dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) 2020, Bank BRI memang hanya menargetkan level pertumbuhan FBI di angka 7% tahun ini.
Namun, sejalan dengan pelonggaran kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan pergeseran perilaku masyarakat, perseroan berharap pertumbuhan FBI bisa lebih tinggi dari target.
Artikel menarik lainnya: