Dengan pesatnya kemajuan teknologi, Bank BRI menerapkan strategi dalam meningkatkan keamanan transaksi digital agar nasabah terhindar dari kejahatan siber.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Indra Utoyo, Direktur Digital & Teknologi Informasi BRI, menyatakan bahwa kejahatan digital memaksa perseroan untuk menjalankan manajemen risiko yang cepat dan tepat (Cnbcindonesia, 18/04/2021).
Secara lebih singkat, setiap produk digital BRI harus sudah aman dari berbagai design.
Langkah selanjutnya adalah memberikan pertahanan dan proteksi berlapis, mulai dari network, aplikasi, hingga data nasabah.
Bank BRI juga harus sanggup mendeteksi dengan cepat jika terjadi transaksi anomali yang disebabkan oleh kejahatan siber.
Disini perseroan mengoptimalkan penggunaan teknologi big data untuk bisa menemukan jika terjadi anomali-anomali tertentu.
Oleh karena itu, BRI berkolaborasi dengan berbagai stakeholder, yakni kalangan perbankan, regulator, badan hukum, dan perusahaan telekomunikasi.
Perseroan sudah menjalin kerja sama dengan Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI).
Salah satu penerapan kolaborasi tersebut adalah melakukan sharing blacklist antar bank agar bisa memblokir rekening-rekening yang mencurigakan.
Untuk menangkal kejahatan siber, BRI juga merangkul beberapa fintech untuk memastikan insiden kejahatan tidak terjadi untuk kedua kalinya.
Kesepahaman dengan perusahaan telekomunikasi juga sangat penting mengingat pendaftaran layanan mobile banking harus menggunakan nomor telepon pengguna.
Jika ada penggantian nomor telepon nasabah, BRI perlu mendapatkan notifikasi agar tidak terjadi fraud yang berisiko.
Selain itu, BRI terus mendorong nasabah agar segera mengganti kartu debit lama menjadi berbasis chip untuk meminimalisir peluang kejahatan digital.
Konten menarik lainnya:
GOOGLE WEB STORIES Agenbrilink.net
Investasi Besar-Besaran untuk Keamanan Digital, BRI Gandeng Element Inc.
Bank BRI Beri Kemudahan ke Masyarakat Melalui Berbagai Layanan Digital